Pakaian Sebabkan Pelecehan Perempuan?

 "Pakaian yang kamu pakai bagaimana? Ketat nggak,dll."


Topik ini lumayan agak berat bagi saya hehehe.

Untunglah kemarin penyelenggara ODOP yaitu ICC ( Indonesia Content Creator) menyelenggarakan sharing time bersama kak Muyassaroh Hafidzoh.

Terima kasih kak Muyassaroh , ilmunya sangat bermanfaat sekali. 

Ilmu yang saya dapatkan tadi malam membuka mata saya untuk melihat sudut pandang lain.

Jujur yang saya sering baca di media sosial, jika terjadi kasus pelecehan atau semacamnya terhadap perempuan pasti pertanyaan yang meluncur pertama kali  orang lain biasanya ialah :

Salahh sendiri kamu pakek pakaian kayak gitu 

Setelah selesai acara sharing time malam itu, saya jujur nggak bisa tidur gara - gara memikirkan hal tersebut. Saya bingung di petanyaan jika ada suatu kasus dimana seorang perempuan dilecehkan lalu siapakah yang salah? Apakah pakaian si cewe atau pandangan si cowo?  

Eits... tunggu sebentar sebelum masuk ke jawaban di atas. Saya ingin membagikan apa saja yang saya dapat dalam sharing time tadi malam.


sumber : Pexels by Kat Jayne

PERAN KELUARGA SEBAGAI SUPPORT SISTEM PENYINTAS KEKERASAN SEKSUAL

Awal acara dibuka dengan suatu cerita sangat menarik, ringkasanya seperti ini :

"Di tahun 2018 ada seorang Direktur Utama PT Pertamina berkunjung di salah satu kabupaten Indonesia. Ia meminta izin kepada bupati agar setuju istrinya tidur bersama Direktur Utama di hotel. Bupati itu tidak bisa menolak dan akhirnya meneyetujuinya."

Silahkan respon cerita di atas dengan satu kata :D

Kalau saya tadi malam merespon dengan satu kata yaitu, ANEH.

Eh, selidik punya selidik kata Kak Muyass, Direktur Utama itu merupakan seorang perempuan dan itu memang cerita asli dan ada di internet, ujarnya.

Disitu saya merasa tertampar, bagaimana tidak di bawah alam sadar pun kita seolah-olah menganggap jabatan tinggi itu ditempati oleh kaum laki-laki. 

Tidak segelintir pikiran bahwa itu adalah perempuan di daam pikiran saya. 

Pola pikir seperti di atas sudah banyak merambah masyarakat. 

Menganggap jabatan - jabatan atas selalu ditempati oleh kaum laki-laki. Tapi banyak juga lho perempuan yang dengan gagahnya sebagai pemimpin suatu kelompok :D

Lalu kita analisis lagi, jika seorang perempuan terkena kasus kekerasan seksual apa saja dampak bagi dia ? Ayo kita liat ulasannya menurut hasil rangkuman saya.


1. Marginalisasi

Masih ingat nggak dengan cerita di atas tadi. Nah itu contoh dari marginalisasi. Yang kebanyakan beranggapan bahwa perempuan itu jabatannya rendah gitu beda jika dibandinkan laki-laki.

sumber : Pexels by Fexels

Alasan pandangan tersebut adalah laki-laki akan menjadi tersingkirkan dan merasa direndahkan. Padahal penyebabnya karena budaya patriarki. 


2. Tindak Kekerasan

Mungkin perempuan bisa menjadi sasaran empuk laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Sering saya dulu nonton di televisi.  Pasti si cewek itu dipukuli suaminya, atau kasus kekerasan lain. 

Menjadi pelampiasan saat laki-laki sedang marah, tapi perlu digaris bawahi tidak semua laki-laki seperti itu. Pasti ada laki-laki yang sangat menghargai dan menghormati perempuan.


3.Pelabelan Negatif

Pernah nggak dengar ada yang bilang kalau perempuan itu nggak usah sekolah tinggi-tinggi nanti susah dapat jodoh, ujung-ujungnya kerja di dapur.

Memang saya akui perempuan pasti saat dewasa mau tidak mau akan bersentuhan dengan kata "dapur". Tapi hal ini bukan berarti perempuan tidak boleh sekolah tinggi. 

Please deh buang pemikiran kayak begitu. 

Saat seorang anak lahir sekolah pertamanya bukan lah TK atau SD, tapi ibunya. Seorang ibu ialah madrasah pertama anak . Jadilah wanita cerdas agar melahirkan generasi cemerlang.


4. Beban Ganda yang dipaksakan

Seru juga nih point yang ini *hehehe

Tahu nggak maksud poin ini apa? Oke aku kasih contoh cerita fiktifnya

Alkisah :) Ada seorang ibu rumah tangga yang  lelah sekali dalam mengurusi rumah tangga. Setiap hari dia harus bersihkan rumah, mencuci pakaian, mengasuh anak,dll. Kebetulan dia juga bekerja di luar rumah. Setiap pagi selalu bangun awal menyiapkan sarapan, membereskan anak dan suaminya. Lalu berangkat kerja, saat pulang ia harus bertempur lagi dengan cucian baju, piring,dll. Tapi suaminya tidak sama sekali membantunya dia hanya santuy - santuy sambil menunggu makan malam datang. Dalam hati sang istri dia sebenarnya lelah dan merasa keberatan tapi apa daya dia takut berbicara. Karena takut dibilang tidak bertanggung jawab atas tugasnya.

Beban ganda dapat terjadi jika ada unsur keberatan di dalamnya. Inilah yang sering terjadi, perempuan seolah pembantu di rumah .  Harus ditekankan ISTRI ( perempuan)  bukanlah PEMBANTU yang harus menyelesaikan segala tugas rumah tangga SEORANG DIRI dan laki - laki? Duduk leha-leha.

Tapi ternyata nggak semua laki-laki seperti itu :) Alhamdulillah 

Beberapa hari lalu saya sempat blogwalking, disana saya baca tulisan dia yang membantu istrinya mengerjakan tugas rumah tangga. Jadi mereka semacam pembagian tugas gitu.  Jujur aku baca senang banget ada lelaki yang nggak keras kepala dan nggak gengsi jika harus membantu istrinya beres-beres rumah.

Aku berdoa Ya Allah semoga dikelak hari nanti aku diberikan suami yang pengertian kayak gitu :D * wkwkkw

Ingat Nad umurmu masih terlampau jauh untuk menikah ehhe

Jika rumah tangga dijalankan dengan harmonis tidak ada unsur paksaan , keberatan, dll.

 Pasti enak banget ya :D 

Membayangkannya aja manis banget kayaknya ehheh:)


Lantas Jika Sudah Terjadi Pelecehan atau Perkosaan Apa yang Harus kita lakuakan terhadap korban?

  • Jangan Menjudge dan Segera Lapor Pihak Berwajib
Jika kita lihat atau baca, kasus perempuan dilecehkan jangan buru - buru judge
"Pasti gara-gara  pakaianmu nih."

Dulu saya sempat berpikir bahwa jika ada kasus seperti di atas pasti akibat  perempuan yang memakai pakaian tidak menutup aurat, atau si cewe yang kegatelan ,dll.


sumber : Pexels by Alex Green

Tapi setelah tadi malam perspektif saya berubah

TAPI BUKAN BERARTI SAYA MENDUKUNG MEMAKAI PAKAIAN MINI :D

Kita misalkan ada perempuan yang termasuk keluarga kalian deh, mengalami hal seperti itu.  Saat dia pulang dengan keadaan yang tidak semestinya, lalu kita bilang, "Salahmu sendiri pakai baju kayak gitu, rasain tuh."

Pikirkan perasaan si perempuan tadi, sakit banget.  Kalau kata Kak Muyass sendiri, itu merupakan perilaku yang nggak bijak. 

Kak Muyas menyarankan agar disaat seperti itu misal kita sebagai ibu korban atau keluarganya  menanyakan keadaan sang korban  bukan malah menyalahkan dengan kalimat kurang pantas. Beda bangetkan perbedannya. Bagaikan 0 derajat dengan 180 derajat.



Lalu siapa yang harus disalahkan? Perempuan ? 

Gara-gara pakainnya?


Jika konteksnya si perempuan telah dilecehkan, kita sebagai makhluk empati tidak semestinya menyerangnya dengan kalimat yang merendahkan.  

Kenapa?

 Karena perempuan pasti tidak suka dilecehkan secara paksa dalam arti salah satu diantara kedua pihak ada unsur keterpaksaan dan tidak suka.

Perlu kita bedakan antara zina dengan perkosaan. Dimana zina itu terjadi jika diantara 2 pihak  tidak ada unsur keberatan.  Lain halnya dengan perkosaan dimana salah satu pihak pasti ada yang merasa keberatan dan  keterpaksaan.

Sebagai perempuan khususnya muslim yang diwajibkan menutup auratnya SESUAI SYARIAT .  Itu bisa sebagai tameng dalam keseharian kita saat keluar supaya tidak terkena pandangan buruk. 

💗💗💗💗💗💗💗💗💗

Tapi perlu diingat 

BAGAIMANAPUN PAKAIANYA  , PADA HAKIKATNYA LAKI-LAKI TIDAK BOLEH BERBUAT SEENAKNYA DAN MELAKUAKN TINDAK KEKERASAN  PADA PEREMPUAN APAPUN MODEL BAJUNYA

Lalu ada yang bilang jika sudah fitrah lai-laki tertarik dengan perempuan. Ya itu benar tapi bisa kan dikontrol pandangannya, pemikirannya.

Jadi, jika ada cewe pakek rok mini lantas halal diperkosa? Tentu tidak jawabannya. Intinya laki-laki dan perempuan saling mejaga satu sama lain. Yang laki-laki menahan pandangan , mengontrol nafsu. 

Yang perempuan juga, mentang-mentang laki-laki nundukkin pandangan  lalu memakai baju yang “kurang bahan”  sebaiknya kita juga ikut melindngi diri kita. Yang saya benar –benar  terekam di benak saya terkait sharing time tadi malam ialah jangan kita menjudge peremuan yang saat itu kondisinya lagi benar- benar down


Disaat seperti itulah kita sebagai makhluk empati membangkitkan semngatnya. 

Siapa juga kan perempuan yang mau dilecehkan:(


Yang laki-laki jaga pandangan dan mebersihkan pikiran kotornya

Yang perempuan menjaga auratnya dengan baik.


Kan enak jadinya, nggak ada saling salah menyakahkan *ehhehe

Okey sekian tulisanku kali ini sampai ketemu di postinganku berikutnya


Salam Manisku

Naden Milen



3 Comments

  1. Mantul dan setuju, intinya ya saling menjaga biar adil ,cowok juga kalo di hadepin cewek yang pakaiannya sexy dan ketat kalo disuruh jangan pikiran negatif itu gak bisa terkecuali yang gak normal hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehheh iya bener banget . Saling mengerti satu sama lain intinya

      Delete
  2. Sering gregetan sama yg menyudutkan korban. Memang ada sih perempuan yg 'menawarkan' diri diganggu tp biasanya krn slh jalan. Misalnya perempuan yg kebablasan pacaran sampe hamil.

    Berbeda dg korban perkosaan yg tdk bersalah. Ia jadi korban krn pelaku melihat perempuan lain, misal dr video porno, kmd tdk bisa menhn diri dan mencari mangsa

    Sebetulnya dg membiarkn diri melihat video porno sj sdh bisa dikatakan seseorg tdk bisa menahan diri.

    Penyebabnya satu, nafsu. Tp pemicunya banyak: ortu yg kurang membimbing, teman yg buruk (yg ini jg berasal dr ortu yg kurang membimbing).

    Naudzubillahi min dzalik.

    Wah, panjang jadinya. Tp bagus artikel ini. Anak muda harus sdh aware dg diri mereka. Good job, mbak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post